Jumat, 07 Juni 2013

Lemak Vs. Matahari

“Alhamdulillah ya Allah.... Engkau memang sebaik-baiknya penolong. Memberikan saat aku butuh, bukan saat aku ingin” Ucapku dalam hati

Disebuah lahan, Ditengah siang-Nya yang seakan menampar-nampar kulit dengan tamparan sekelompok penari tari saman profesional.... Aku.....  memegang target rod.... demi tugas pengukuran lahan. Hmmmm......
panas.....
          panas gila....
gila panas.....
panas sampe jadi  gila....
gila sampe jadi panas...
panas... panas... panas....
Matahari yang memiliki split-personality kali ini menunjukkan sikap jantannya. Sendiri, tanpa bersembunyi dibalik tebalnya awan, bagai singa petarung dengan gagah menatap langsung setiap mahluk hidup yang berada dalam jangkauannya, hingga mereka tidak kuasa untuk membalas tatapan sang penguasa tata surya. Setiap dari mereka yang mencoba membalas tatapannya akan tersilaukan dengan karisma sang matahari. Superior... ya... sangat superior... Ibarat The Great Khali melawan Rey Mysterio dalam gulat WWE Smack Down, ibarat Manchester United melawan Persija Jakarta, ibarat Wladimir Klitschko melawan Chris Jhon. Sementara di lain pihak Lemak tak mau kalah. Dirinya juga ingin unjuk gigi dengan kemampuan khusus yang dimilikinya demi melindungi Tuannya. Dari yang sebelumnya bersembunyi dibalik lapisan kulit, memberontak mencoba maju di garis depan untuk mencoba melawan superioritas sang penguasa tata surya.
Lemak sadar bahwa dirinya tidak akan mampu melawan superioritas matahari. Namun Ia tidak akan menyerah tanpa sebuah perlawanan. Bak seorang William Wallace dalam film Braveheart yang mengorbankan nyawanya demi semangat kemerdekaan, Lemak bertarung pula dengan mengorbankan dirinya. Ia rela dibakar demi mengeluarkan kemampun khusus yang juga merupakan akhir dari hidupnya. Pembakaran tersebut  menyebabkan Ia berubah menjadi cairan natrium klorida. Sebuah cairan yang memiliki aroma khas. Aroma yang terkadang dirindukan oleh orang yang kehilangan. Namun sayang bagi kaum mayoritas aroma khas tersebut tidak disukai bahkan dibenci, hingga kerap kali coba dilenyapkan atau coba disamarkan dengan aroma yang lain.
 Lemak yang kini berbah menjadi cairan natrium klorida menyelinap diantara pori-pori kulit mencoba keluar dari zona nyaman. Kini Ia tepat berada di atas permukaan kulit, pecah melapisi kulit, mencoba menurunkan suhu tubuh, berhadapan langsung dengan  superioritas matahari.
“Hey Matahari! Kau kira aku akan menyerah begitu saja tanpa perlawanan? Aku akan melawan mu!” teriak Lemak (dalam bentuk cairan natrium klorida)
“Bah... berani pula Kau melawan kekuatan Ku.... macam mana pula Kau. Rasakanlah jurus andalanku DOUBLE RADIATION!” balas Matahari yang rupanya memiliki logat Batak, entah darimana ia mewarisinya
“aaahhhhhhhh...... sepertinya batasku cuma sampai disini. Tidaaak! ” keluh Lemak.
Suhu tubuh mulai menanjak, Lemak cemas dia tidak akan sanggup melindungi Tuannya. Ditengah kondisi Lemak yang sudah menemui batas kekuatannya, ketika keputusasaan mulai muncul dalam benaknya, tiba-tiba Lemak-Lemak yang lain bermunculan. Ikut mengorbankan diri melawan superioritas matahari demi melindindungi Tuannya. Suhu tubuh berangsunr-angsur mulai turun kembali.
“BAH.... Bod*t kali! Kalian ini tak mau menyerah ya. Rasakan jurus pamungkasku. EXTRA DOUBLE RADIATION!!!” balas Matahari dengan nada kesal
“Uwaaaah......... ehhhhhhh....... tidaaak” keluh Lemak-Lemak yang kewalahan menghadapi jurus pamungkas Matahari
Suhu tubuh kembali memuncak ditampar oleh jurus “EXTRADOUBLE RADIATION” milik Matahari. Lemak seakan pasrah dengan batasnya. Mencoba menerima kenyataan bahwa perjuangannya hanya sampai disini. Menyesal tidak bisa melindungi tuannya dari superioritas Matahari. Tidak kuasa melihat Tuannya yang akan tersungkur karna suhu tubuh yang kelewat tinggi.
“Ooh.. maafkan aku Tuan, aku tak bisa melindungimu” kata Lemak di ujung kekalahannya
          ...........
“Oia Yu kan di tas gue ada payung, nih pake aja” kata Lusi, teman sekelompok tugas pengukuran lahan
          “NAAAH.....  dari tadi ke, gue udah lemes nih kepanasan. Makasih ya” jawabku dengan antusias.
“Alhamdulillah ya Allah.... Engkau memang sebaik-baiknya penolong. Memberikan saat aku butuh, bukan saat aku ingin” Ucapku dalam hati.

0 komentar:

Posting Komentar